Kerusakan Terumbu Karang Masih Bisa Dicegah Dengan Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

https://warnabiru.com/wp-content/uploads/2020/10/S01027-12363567.jpg

Penurunan Terumbu Karang Kian Menghawatirkan, Dr Andy Dietzel: Kita harus menurunkan emisi gas rumah kaca Ciptanya,

Dilansir dari The Monkey Times Penurunan populasi terumbu karang terjadi sebanyak 50 persen sejak tahun dekade 1990-an, ujar Profesor Terry Hughes, rekan penulis dan peneliti CoralCoE, seperti dikutip dari situs resmi organisasi tersebut.

Lebih jauh lagi, penurunan jumlah terumbu karang yang terjadi baik di perairan dangkal maupun di wilayah perairan yang lebih dalam. Dan ini terjadi hampir di semua spesies, terutama karang yang bercabang dan berbentuk meja.

“Ini adalah yang paling parah terkena dampak dampak (kenaikan) suhu (global) yang memecahkan record pemutihan massal pada 2016 dan 2017,” lanjut Hughes.

Terumbu karang adalah rumah bagi banyak spesies laut, terutama ikan dan sumber makanannya Kerusakan terumbu karang tentu saja berdampak sangat serius terhadap produktivitas dan perkembangbiakan ikan, yang pada akhirnya akan

Seorang peneliti bernama CoralCoE yakin bahwa gelombang panas laut yang disebabkan oleh iklim adalah faktor terbesar dari gangguan terhadap terumbu karang.

Studi yang telah melakukan pencatatan kerusakan koloni karang yang lebih besar ditemukan di wilayah Great Barrier Reef bagian utara dan tengah.
Sementara di bagian selatan record kerusakan baru dipecahkan pada awal tahun 2020.

“Tidak ada waktu lagi. Kita harus menurunkan emisi gas rumah kaca Ciptanya,” Ujar Dr Andy Dietzel, peneliti CoralCoE yang menjadi penulis utama di studi tersebut.

Dilansir dari Media Digital , Barisan terumbu karang terbesar
Great Barrier Reef merupakan nama yang mengacu pada barisan terumbu karang terluas di seluruh samudera yang sejauh 2.300 kilometer dan berukuran 344.400 kilometer persegi.

Terumbu karang barisan tersebut ditemukan di Karang Laut yang berada di pantain Queensland, Australia Ia adalah rumah bagi banyak spesies unik, termasuk kura-kura laut hijau dan ikan ahli bedah.

Terumbu karang yang rusak parah jadi ancaman serius, sebab akan mempengaruhi keseluruhan ekosistem laut. Perubahan iklim jadi faktor dominan yang memicu kerusakan terumbu karang, selain faktor lain seperti polusi dan penangkapan ikan dengan cara-cara yang justru merusak ekosistem laut.

Penurunan dan/atau kerusakan terumbu karang, menurut catatan Secore, terjadi sebanyak 50 persen dalam 30 tahun terakhir. Dan lebih dari 90 persen kemungkinan besar akan mengalami kerusakan di abad mendatang.

“Dunia tanpa karang tidak hanya berarti kita akan memiliki lautan yang kurang beragam dan kurang indah, tetapi juga akan menjadi bencana ekonomi bagi banyak orang — terutama di negara berkembang.

Perikanan dan pariwisata merupakan mata pencaharian penting yang secara langsung bergantung pada terumbu karang yang sehat,” demikian catatan Secore.

 

 

Refrensi :